Masyarakat Hindu Bali menggelar ritual Banyu Pinaruh hari ini. Ritual ini biasanya dilaksanakan setia Redite (Minggu) Paing, Wuku Sinta atau sehari setelah Hari Raya Saraswati. Secara umum, Banyu Pinaruh merupakan upacara yadnya yang bertujuan untuk pembersihan atau kesucian diri.
Biasanya warga akan menyambangi sumber-sumber air seperti pantai, sungai, dan sumber mata air lainnya. Berikut fakta tentang Banyu Pinaruh, dikutip dari berbagai sumber.
1. Ritual menyucikan pikiran dengan ilmu pengetahuan
Banyu Pinaruh berasal dari kata Banyu yang artinya air, dan Pinaruh atau Pangeruwuh yang berarti pengetahuan. Secara filosofis, Banyu Pinaruh memiliki makna penyucian pikiran melalui ilmu pengetahuan.
Banyu Pinaruh tidak sekadar mandi atau keramas di sumber mata air. Namun memiliki makna yang lebih luas seperti membersihkan kegelapan pikiran menggunakan ilmu pengetahuan. Turunnya ilmu pengetahuan itu telah dirayakan sehari sebelumnya, yakni pada Hari Saraswati.
2. Melukat untuk peleburan kotoran batin
Pada saat melaksanakan ritual Banyu Pinaruh, warga biasanya melukat sambil membawa air kumkuman (Air kembang). Lalu kumkuman itu digunakan untuk membasuh tubuh dari kepala hingga kaki ketika berada di sumber air. Ritual ini dimanfaatkan sebagai bentuk peleburan kotoran batin.
Sehingga umat, terutama generasi muda, harus memaknai Saraswati dan Banyu Pinaruh sesuai dengan hakikatnya. Malam Saraswati mestinya dimaknai dengan baik melalui pembacaan sastra dan diskusi (Dharmatula) tentang ajaran agama. Keesokan paginya dilanjutkan dengan pelaksanaan Banyu Pinaruh sebagai bentuk pembersihan diri.
3. Menyantap nasi dira setelah melaksanakan Banyu Pinaruh
Ritual Banyu Pinaruh biasanya ditutup dengan menyantapp nasi dira atau nasi berwarna kuning bersama keluarga. Sebelum disantap bersama keluarga, nasi itu lebih dulu disembahkan ke setiap pelinggih di sanggah atau merajan (Tempat pemujaan).
Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Klungkung, I Putu Suarta, menjelaskan rangkaian pelaksanaan Hari Saraswari harus dimaknai secara hikmat.
“Sesudah mendapat ilmu dan pengetahuan, akan nikmati kemakmuran. Karena bagaimana juga, tanpa perbuatan dan ilmu dan pengetahuan, tidak ada kemakmuran. Kemakmuran dilambangkan dengan nasi dira,” jelasnya.
Sumber : https://bali.idntimes.com/science/discovery/wayan-antara/makna-banyu-pinaruh-di-bali?page=all