Buda Cemeng Klawu, sering disebut Buda Wage Klawu, diperingati setiap 6 bulan sekali atau setiap 210 hari.
Pada hari suci ini, yang dipuja oleh umat Hindu adalah sinar suci-Nya Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sebagai manifestasinya ke dalam perwujudan Ida Bhatara Sri Sedana, atau Ida Bhatara Rambut Sedana.
“Ida Bhatara Rambut Sedana, sering dihubungkan dengan Ida Bhatara Dewi Laksmi, karena memberikan anugerah kepada umatnya berupa kesejahteraan, kekayaan, kemakmuran, rezeki, dan welas asih,” jelas Jero Mangku Ketut Maliarsa, kepada Tribun Bali, Rabu, 11 Agustus 2021.
Bahkan kalau yang beragama Budha, sering dikaitkan dengan Dewi Kuan Im.
“Arti kata harfiah Sri Sedana, terbagi menjadi dua kata. Sri bermakna beras, dan Sedana berarti uang atau harta yang memberi kehidupan pada umat manusia,” jelasnya.
Itulah sebabnya, umat Hindu sangat intens dan antusias memuja keagungan beliau agar memperoleh waranugraha, kesejahteraan, rejeki, dan kemakmuran.
Banten yang dipersembahkan saat piodalan ini adalah tebasan Rambut Sedana di palinggih Taksu yang diyakini Beliau beryoga di palinggih tersebut.
“Tebasan ini nasi penek dan tumpeng masing-masing dua buah, dan terbuat dari beras hitam (beras injin), raka-raka jangkep, taledan dialasi kulit peras, dan sampian sodaan, peras dan penyeneng,” sebut pemangku asli Bon Dalem ini.
Dewi Laksmi adalah saktinya Dewa Wisnu makanya penek dan tumpengnya berwarna hitam.
Lanjutnya, Dewi Sri perwujudan wanita cantik (predana) dan yang satunya lagi Dewa Sedana perwujudan uang sebagai Purusha.
Sehingga dilambangkan dengan dua arca antara Dewi Sri dengan Dewa Sedana
Sumber, https://bali.tribunnews.com/2021/08/11/piodalan-rambut-sedana-berikut-maknanya-dalam-hindu-bali.
#OrkestrasiDisdukcapil #DisdukcapilMerajutEkosistem
#7thBerinovasiUntukNegeri
#SalamGemaSanti