Sejarah Hari Raya Kuningan
Dilansir dari berbagai sumber, Kuning dalam kata Kuningan memiliki arti berwarna kuning dan wuku yang ke-12. Wuku adalah kalender Bali yang mana perhitungannya 1 wuku sama dengan 7 hari. Dalam 1 tahun dalam kalender wuku terdapat 420 hari.
Perayaan Hari Kuningan dilakukan setiap 210 hari pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau dilakukan 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Sejarah dimulainya perayaan Galungan dan Kuningan adalah kemenangan kebaikan melawan kejahatan.
Dikisahkan dalam sejarah, terdapat peperangan antara Bhatara Indra dengan Mayadenawa. Bhatara Indra melambangkan dharma (kebenaran) sedangkan Mayanadewa melambangkan adharma (kejahatan).
Peperangan ini dimenangkan oleh Bhatara Indra, sehingga perayaan Galungan dan Kuningan dimaknai sebagai perayaan kemenangan.
Arti Perayaan Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan merupakan hari raya memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa.
Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh-roh suci serta pahlawan dharma yang berjasa membentuk akhlak manusia menjadi luhur.
Pada Hari Raya Kuningan, umat Hindu melakukan persembahyangan menghadap para dewa dan para leluhur. Persembahyangan ini dilakukan dengan menyiapkan sesajen dengan isi ajengan (nasi) yang berwarna kuning.
Ajengan yang berwarna kuning memiliki arti simbol kemakmuran. Hal ini diartikan sebagai bentuk terima kasih karena beliau telah melimpahkan rahmatnya untuk kemakmuran di dunia ini.
Sehari sebelum pelaksanaan Hari Raya Kuningan, umat Hindu melaksanakan Hari Penampahan Kuningan sebagai bentuk persiapan untuk menyambut Hari Raya Kuningan. Hari Penampahan Kuningan ini dilaksanan setiap Sukra Wage Wuku Kuningan.
Persiapan penyambutan dilakukan dengan menyembelih hewan ternak dan membuat sesajen untuk persiapan sembahyangan pada Hari Raya Kuningan keesokan harinya.
Selamat Hari Raya Kuningan
#DisdukcapilUntukSemua
#NetralitasDisdukcapil
#DisdukcapilDukungSuksesPemilu2024